Senin, 02 November 2009

Hidup adalah Pilihan

Ada dua buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. 

Bibit yang pertama berkata, "Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku." Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.


Bibit yang kedua bergumam, "Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman." Dan bibit itu pun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.

Renungan :

Begitulah hidup, selalu saja ada pilihan. Selalu saja ada peran demi peran yang harus kita jalani. Namun, sering kita berada dalam ketakutan, kepesimisan, kengerian, kekerdilan, dan kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan berbagai alasan yang sebenarnya merugikan diri kita sendiri, seperti tak mau melangkah, tak mau mengejar impian, tak mau mengambil resiko, dan seterusnya. 

Karena hidup adalah pilihan, maka, hadapilah itu dengan gagah berani. 
Karena hidup adalah pilihan, di mana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun kita musti siap dengan segala resiko pilihan kita. 
Dan karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah segala sesuatu dengan bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar