Selasa, 03 November 2009

Kesederhanaan (AA Gym)

Penyebab hidup boros diantaranya :

I. Karena kejahilan dan kebodohan kita.

Karena kita kurang ilmu, kurang pengetahuan bisa menyebabkan boros. Nah saudaraku sekalian, pernah saya berbincang dengan tukang becak yang sedang sedih. "Pusing Mang, tidak cukup untuk biaya anak-anak, susah sekarang mencari nafkah, buat rokok aja tidak cukup". Lalu saya tanya "memangnya Mang berapa penghasilan?", "kadang Rp.12.000,- kalau merokok daripada pusing, berapa sebungkus?", "justru itu sekarang Rp.5.000,-", "sehari berapa bungkus?", "orang lain mah 3 bungkus, Mang mah cuma 2 bungkus". Berarti Rp.5.000 X 2 = Rp.10.000,-X sebulan,=Rp. 300.000,- , jika dikali setahun menjadi 3.600.000,-, itu belum termasuk korek apinya, belum baju bolong, karena tidak pandai berhitung dengan baik. Anak bayaran Rp.10.000,- tidak dapat dibayarkan sehingga dikeluarkan dari madrasah, tapi kalau untuk merokok Rp.300.000,-sebulan bisa. Banyak di antara kita yang tidak mengerti resiko apa yang kita lakukan karena kejahilan kita.  Makin kita kurang ilmu, makin kurang pengetahuan, makin berpeluang hidup boros, makanya negara-negara kurang ilmu sudah miskin boros lagi.

II. Penyakit gengsi

Berapa banyak diantara kita memiliki barang bukan karena perlu, tapi karena gengsi. Handphone, motor, mobil. pernah ada di sebuah komplek seorang isteri uring-uringan karena tetangga kanan-kirinya punya mobil, "saya tidak terima pak mereka itu karyawan lebih rendah dari bapak, tapi mereka punya mobil, saya menderita, setiap tengok kiri-kanan saya nelangsa karena mobil tetangga", akhirnya beli mobil yang catnya bagus, tapi karena tidak tahu mini bus ini punya kekhususan yaitu tiap dipakai rusak karena ternyata mantan angkot. Tidak dipakai gengsi, dipakai gaji ludes untuk  memperbaiki. Berapa banyak kita memiliki barang hanya karena ingin dihargai orang lain. Budaya gengsi adalah budaya boros, budaya ingin dipuji, budaya ingin dihormati, budaya ingin selalu tampil keren adalah budaya boros dan budaya nyiksa diri. Ada yang tidak mau naik ojek, masa direktur naik ojek, memangnya kalau direktur naik ojek turun jabatan. Bahkan tidak sedikit yang naik jabatan juga naik kemuliaan karena tidak gengsi.

III. Budaya hidup yang tidak tertib.

Sederhananya berapa banyak pengeluaran kita hanya karena sepatu hilang, pakai kaos kaki, buka kaos kaki dimana saja, waktu habis, emosi tersulut, kaos kaki tidak ketemu,gara-gara tidak tertib. Berapa banyak diantara kita yang menanggung biaya besar hanya karena tidak tertib, beli alat elektronik tidak dibaca aturan pakainya colok aja, eh kenapa berasap ya itu korsleting namanya karena tidak tertib. Mau pergi tidak tertib, tidak punya peta jalan akhirnya macet kesana-sini sudah pergi jauh tersesat waktu habis, tidak tertib tidak punya persiapan. Mau telephone tidak pernah dicatat dulu yang akan kita hubungi, begitu diangkat salah sambung. Banyak yang harus kita pikul karena gaya hidup yang tidak tertib, kerudung diseterika tidak tertib, jadinya bolong bekas setrikaan. Banyak kita mengeluarkan biaya untuk hal yang tidak perlu karena kita tidak punya perencanaan yang bagus, kita tidak punya SOP (Standard Opersional Prosedur) yang baik.

IV. Malas
Karena pemalas ini tetap makan, kalau dia malas kerja tapi tidak makan enggak apa-apa. Maka orang yang punya fisik, punya otak, punya waktu tapi malas dia boros karena dia jadi beban. Maaf bagi saudara yang pekerjaannya sebagai pengangguran, harus cepat-cepat berusaha mencari pekerjaan karena kalau saudara nganggur itu beban. Hati-hati budaya ingin untung ladang enteng ini juga termasuk pemborosan.

V. Kurang iman.

Karena orang yang kuat imannya, dia sadar setiap yang dimiliki akan dihisab, akan dihitung dan dia sadar betul bahwa orang-orang yang boros "Innalmubaziriina kanu ihwanu sayathiin", Sesungguhnya orang yang mubazir  para pemboros itu adalah saudara-saudaranya syaithan. Maka orang-orang yangimannya kurang dia enak saja beli apa saja yang dia mau, dia lakukan  apasaja yang dia suka, tapi bagi orang yang kuat imannya saya mengeluarkan ini akan dihisab oleh Allah SWT. Nah, jadi ibu-bapak ini mohon maaf ya, bagaimana solusinya? Mulai sekarang jangan melakukan apapun yang tidak kita mengerti. Kalau mau beli handphone harus hitung berapa pulsanya, jangan gaya dan tidak ngerti. Mungkin sudah dengar cerita Aa tentang ahli telephone dari Korea. Boleh diulang sedikit, diundang ke Korea ditemani oleh seorang pemuda ahli handphone, saya lihat handphone-nya ternyata handphone-nya  sederhana, tidak berwarna, tidak ada kamera, karena yang beliau butuhkan dari handphonenya adalah suaranya.

Kiat hidup efisien:

I. Jangan melakukan sesuatu kecuali sudah faham.

Lebih baik dianggap bodoh tapi benar daripada kita melakukan yang salah. Mau berangkat ke kantor, mau berangkat pulang kampung, tanya dulu kalau  jalan kesini buntu atau tidak?. Tidak boleh melakukan sesuatu dengan kira-kira, melakukan sesuatu yang tidak dimengerti. Orang yang melakukan sesuatu tanpa pemahaman dia akan menimbulkan masalah setidaknya boros.

II. Lupakan gengsi.

Kita tidak akan terhormat dan bahagia karena gengsi, kita nikmati hidup ini proporsional (bersahaja), nikmati yang ada, jangan lelahkan keluarga  kita karena ingin dipuji tetangga, karena ingin dipuji teman kantor, karena ingin dipuji oleh teman sekolah. Kebahagiaan itu milik kita dan tidak boleh dicuri karena ingin dipuji orang lain. Kita hanya boleh punya barang dirumah ini karena manfaat, bukan karena ingin, karena perlu bukan karena senang. Kalau kita memiliki barang karena ingin, karena senang maka ketahuilah bahwa yang namanya ingin tidak ada ujungnya, yang namanya senang dalam sekejap bisa berubah. Semakin ingin dihargai semakin ingin dipuji semakin ingin dihormati semakin mudah menipu diri dan semakin sengsara karena sakit hati.

III. Mari kita budayakan hidup tertib.

Kalau orang tertib itu enak, efisien. Kalau mau pergi ditulis dengan baik, mau belanja juga. Jangan sampai pergi tanpa perencanaan ini yang menyebabkan boros. Biasakan disiplin, mau pergi harus tahu kalau jalan ini macet, jalan alternatifnya mana? Kalau jalan ini macet naik apa? 
membutuhkan biaya berapa? manusia yang tidak memiliki perencanaan cenderung hidupnya boros. Saudaraku kalau bisa sedikit kenapa harus banyak? bagi kita menghemat bukan perkara uang, bagi kita hemat karena kita tidak mau jadi saudaranya syaithan. Orang yang boros itu saudaranya syaitan, syaitan makhluk terkutuk. Perkara rezeki itu karunia Allah, tapi hidup kita memang harus hemat. Pakaian, kenapa kita harus berganti-ganti kalau bisa sedikit kenapa harus banyak? makanan kenapa dimeja makan kita harus banyak lauk pauk? Tidak perlu banyak yang terpenting bergizi. Termasuk datang keundangan, ini  menjadi perhatian tolong buat tulisan "lebih baik nambah daripada bersisa".

Jadi, perilaku seperti ini bukan semata-mata kita menghemat uang, tapi  ini perilaku muslim harusnya memang seperti ini. Tentang jalan, waktu haji terbukti bahwa jalan 2 km itu menyehatkan, setiap langkah niatkan  sehat, setiap langkah istighfar, sholawat, tasbih, selain berdzikir sehat. Menghemat, badan sehat. Oleh karena itu, sesulit apapun keadaan  pilihannya hanya satu jadikan kesulitan sebagai sarana perubahan diri kita  menjadi lebih baik.


Sumber: "milis cosmo" dari email "Grace Rasmidewi Kurniawan", Rabu, 26 Oktober, 2005 09:45 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar